Menjadikan hidup lebih bermakna

Saturday, October 27, 2018

Panduan Penyusunan Soal HOTS




Kita sering menemukan soal yang diawali dengan prawacana, ilustrasi, gambar, tabel atau diagram inilah yang disebut dengan stimulus. Bentuk soal yang diawali dengan stimulus ini merupakan soal HOTS. Stimulus yang disajikan pada awal sebuah pertanyaan harus menarik, informatif dan kontekstual, karena stimulus menjadi dasar pembuatan soal. Kompetensi dan kreatifitas seorang guru akan menentukan kualitas stimulus dalam menyusun soal HOTS. Untuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah bentuk soal HOTS yang disarankan cukup dua saja, yaitu bentuk pilihan ganda dan uraian. Karena kedua bentuk soal ini memungkinkan untuk dilakukan penskorang dengan cepat sehingga hasilnya dapat segera diumumkan.
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur berbagai kemampuan. Petama, transfer satu konsep ke konsep lainnya. Kedua, memproses dan menerapkan informasi. Ketiga, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda. Keempat, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah. Kelima, menelaah ide dan informasi secara kritis.
Pada saat menyusun soal HOTS harus berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari atau kontekstual. Sehingga peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah. Melalui soal HOTS, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan.
Cara Menyusun Soal Tes dengan HOTS
Soal HOTS mengukur dimensi metakognitif yaitu kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving). Mampu memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat. Soal HOTS berbeda dengan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
Ciri-ciri penilaian kontekstual berbasis pada asesmen autentik. Pertama, peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban yang tersedia. Kedua, tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata. Ketiga, tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban  yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.
Terkadang terjadi perbedaan penafsiran ranah kata kerja operasional yang dilakukan oleh guru dalam penulisan soal. Untuk meminimalisir perbedaan penafsiran KKO, maka Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) mengklaisifikasikan level kognitif menjadi tiga. Pertama, pengetahuan dan pemahaman (level 1). Kedua, aplikasi (level 2). Ketiga, penalaran (level 3). Pada level pertama, mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Contoh KKO yang sering digunakan antara lain menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung, mendaftar, dan menyatakan. Soal yang termasuk kategori sukar pada level ini tidak termasuk sola HOTS karena hanya mengukur pengetahuan.
Adapun ciri soal pada level kedua mengukur kemampuan dalam menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Selain itu juga mengukur kemampuan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual. KKO yang sering digunakan pada level kedua antara lain menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung, dan membuktikan.
Sedangkan pada level ketiga peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, serta memiliki logika dan penalaran. Dengan demikian peserta didik akan terbiasa untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual (situasi nyata).
Untuk lebih jelasnya penduan penyusunan soal HOTS dapat diunduh pada link di bawah ini. 
Share:

Tuliskan Komentar Anda disini